YOGYA (KR) - Dunia pendidikan problemnya sangat kompleks. Dari soal kualitas, kuantitas, keteladanan sampai moralitas. Pendidik yang baik memang harus kreatif dan inovatif, bukan sebaliknya, pendidik jangan sekadar ‘Jarkoni’, isa ujar, ngajari ora isa nglakoni. Pendidik yang tidak bisa memberi keteladanan satunya kata dengan perbuatan.
Demikian diingatkan Dr. Bambang Supriyadi, CES DEA, Koordinator Kopertis Wilayah V dalam Kuliah Umum dan Ketamansiswaan di depan 255 mahasiswa baru Program Pascasarjana Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta di Gedung KiSarino Mangunpranoto, Jalan Kusumanegara 157, Timoho, Sabtu (30/9)
Kuliah umum bertema ‘Meningkatkan Kualitas SDM PT’ tersebut dibuka Rektor UST Yogya Drs. H. Pardimin, MPd, PhD dan pengantar Prof. Dr. Supriyoko, MPd (Direktur Program Pascasarjana Magister Pendidikan UST).
Materi kuliah Ketamansiswaan disampaikan Prof Dr Adhi Susanto PhD (Ketua Yayasan Sarjanawiyata), Prof Sri Edi Swasono (Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa). Prof Dr Supriyoko dan Pardimin MPd PhD.
Menurut Bambang Supriyadi, tujuan akhir pendidikan sebenarnya memanusiakan manusia, bukan sebalilknya. ”Jangan jadikan manusia itu robot karena manusia memiliki rasa kemanusiaan, rasa sosial. Pendidik juga perlu diajari memiliki keberanian dan keinginan untuk terus maju,” ucapnya.
Sedangkan Prof. Dr. Supriyoko, MPd dalam kesempatan itu lebih banyak mengenalkan eksistensi Tamansiswa juga UST Yogyakarta. ”Jadi mahasiswa Pascasarjana ada baiknya mengunjungi Pendapa Tamansiswa, Museum Dewantara Kirti Griya dan Taman Wijayabrata.” ajaknya.
Dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Minggu 1 Oktober 2017 Hal ke 2
Member | : | 224 Orang |
Member Aktif | : | 224 Orang |
Member Baru Hari Ini | : | 0 Orang |