News Update17 Oktober 2022 09:56:40: PENINJAUAN KURIKULUM S2 MP

PENDIDIKAN KEBANGSAAN BERAKAR KEBUDAYAAN NASIONAL (Sutrisna Wibawa-Imam Ghazali)

Bookmark and Share
04 November 2021 - 09:04:52 » Diposting oleh : rahmatmulyono » Hits : 1230
PENDIDIKAN KEBANGSAAN BERAKAR KEBUDAYAAN NASIONAL (Sutrisna Wibawa-Imam Ghazali)

 

Humas. 4/11/2021. Pendidikan, bagi Ki Hadjar Dewantara, merupakan laku kodrat hidup manusia. Laku ini ditempuh melalui usaha kebudayaan, yang pada gilirannya mencapai keberadaban. Itulah sebabnya, pendidikan bermaksud memberi tuntunan di dalam tumbuh kembang jiwa dan raga peserta didik. Tuntunan diharapkan agar antara garis kodrat dan pengaruh sosial peserta didik berjalan harmonis. Keseimbangan secara lahir maupun batin menuju keberada ban.

    Adab berarti keluhuran serta kehalusan budi manusia. Keduanya mengandung makna kesanggupan, kemampuan, serta keinsyafan untuk mencapai kecerdasan, keluhuran, dan kehalusan budi pekerti. Capaian ini penting bagi kehidupan individu dan sosial peserta didik. Di samping sinergi individu dan masyarakat, tumbuhnya kebudayaan kolektif turut dipengaruhi pula lingkungan alam serta semangat zaman.

Dua Tantangan

   Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) merupakan perguruan tinggi kebangsaan. Kini tengah menghadapi dua tantangan. Pertama, berperan aktif terhadap pembangunan. Kedua, adaptif terhadap perubahan zaman dengan tetap berakar pada kebudayaan nasional. UST memegang kuat azas Tri-kon (kontinutas, konvergensi, dan konsentris) sebagai penyangga tegaknya kebudayaan nasional. Kontinuitas bermakna kesinambungan zaman sekarang dan silam. Bukan tiruan dari bangsa lain. Konvergensi berarti keharusan hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain. Konsentris bermakna memegang erat jati diri. Meski berinteraksi lintas-bangsa, kepribadian nasional Indonesia menjadi identitas.

    Bertahan hidup di tengah era Revolusi Industri 4.0 memerlukan kecakapan dan wawasan kini dan esok. Era ini mengusung perubahan dalam berbagai sektor. Tak terkecuali pendidikan dan pengembangan kebudayaan. Revolusi industri 4.0 memuat tiga karakter utama: inovasi, otomasi, dan transfer informasi. Inovasi mendorong semua lembaga berlomba, menyodorkan kreasi dan kebaruan. Sementara otomasi berpretensi mengurangi peran manusia untuk digantikan kecerdasan buatan. Selanjutnya transfer informasi tengah berlangsung secara masif.

   Kini Revolusi Industri 4.0 disusul dengan Society 5.0. Implikasinya tatanan masyarakat semakin berpusat pada teknologisasi segala bidang. UST sebagai bagian dari perguruan Tamansiswa mengedepankan pendidikan karakter sebagai basis pelaksanaan Caturdharma Perguruan Tinggi (pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan pengembangan kebudayaan nasional). Modal ini membuat UST adaptif terhadap Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Di tengah menghadapi transformasi itu, tetap berpegang pada prinsip sifat, bentuk, isi, dan irama (SBII). Sifat tetap dipertahankan tapi unsur bentuk, isi, dan irama dikembangkan sesuai tuntutan zaman.

    UST Sudah banyak melahirkan lulusan strata-1 maupun strata-2. Selain memiliki kecerdasan, psi komotor, dan afeksi yang tinggi, lulusan UST memiliki jiwa kebangsaan yang berakar pada kebudayaan nasional. Dalam bahasa Ki Hadjar, UST telah mewariskan nilai-nilai budaya, baik bersifat in telektual, keterampilan, maupun keahlian kepada lulusan.

’Trihayu’

    Lulusan dengan bekal kemampuan intelektual, keterampilan, dan keahlian yang dilandasi jiwa kebangsaan yang berakar pada kebudayaan nasional akan memiliki sikap adaptif dan fleksibel terhadap perkembangan ipteks dan masyarakat. Dengan didukung kemampuan masa kini 6C, yaitu creativity (kreativitas), collaboration (kerja sama), compassion (kasih sayang), critical thinking (berpikir kritis), computational logic (logika komputasi), dan communication (komunikasi), lulusan akan lebih mudah masuk dunia industri dan dunia kerja (dudika). Kita semua berharap agar pendidikan di Indonesia, selalu bermuara pada Trihayu Ki Hadjar Dewantara, yaitu Memayu hayuning sarira, memayu hayuning bangsa dan memayu hayuning bawana. Ini berarti apa pun yang dilakukan hendaknya memberikan manfaat bagi diri sendiri, bangsa, dan peradaban dunia.

Penulis:

1. Prof.Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Dosen Pascasarjana Pendidikan/Kepala Lembaga Pengembangan UST)

2. Dr. Imam Ghozali (Wakil Rektor Bidang Akademik UST)

Artikel dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, Rabu Pon, 3 November 2021 pada Kolom Opini.

 

Info Terkait

Tinggalkan Komentar

  • Nama
  • Website
  • Komentar
  • Kode Verifikasi
  • 143 + 5 = ?
Banner
SMS Center
PMB
Peninjauan Kurikulum
BIAYA PMB 2023/2024
Online Support
Statistik Member
Member:224 Orang
Member Aktif:224 Orang
Member Baru Hari Ini:0 Orang
Copyright © 2014 Pascasarjana Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. All Rights Reserved
Developed by Beesolution.Net